DEPOKPOS – Apa itu novel? Menurut KBBI, novel merupakan karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Ada yang bilang, “ngapain sih luh baca novel, baca novel tuh gak ada manfaatnya, lagian isi ceritanya juga bohongan”. Emang betul, isi ceritanya bohongan, fiktif, atau khayalan. Ya walaupun isi ceritanya fiktif, tapi dalam cerita di novel itu fisiknya nyata. Kalau gak percaya, coba kalian baca novel angkatan sastrawan zaman dulu, dimulai dari angkatan pujangga lama, angkatan balai pustaka, angkatan pujangga baru, angkatan tahun 45, angkatan tahun 50 – 60, angkatan tahum 66, angkatan 80 – 90 an, angkatan reformasi, dan angkatan pasca reformasi.
Dan saya ambil contoh salah satu kajian sastra yaitu antropologi sastra. Tahu antropologi sastra itu apa?
Ratna (2011:31) antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Kedekatan sastra dan antropologi tidak dapat diragukan antropologi sastra muncul dari banyaknya karya sastra yang syarat nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Sampai sini paham? Kalau belum paham saya lanjutin. Koentjaraningrat (2015) mengemukakan bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yakni bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Pertama; bahasa, contohnya bahasa betawi. Orang betawi, kan, kalau manggil; enyak, babeh, encang, encing, dan bahasa betawi lainnya. Apakah itu termasuk budaya? Bahkan di Indonesia negara yang kaya akan bahasa nya, kira-kira mencapai 700 san bahasa daerah, bisa dibilang Indonesia merupakan negara yang punya bahasa daerah terbanyak. Kedua; sistem pengetahuan, contohnya pertanian. Cara mengolah tanah untuk pertanian bagaimana, jenis tanamannya seperti apa, cara menjaga kesuburan tanahnya bagaimana, kan, masyakarat jadi tahu. Pengetahuan. Betul gak?
Ketiga, organisasi sosial. Gak usah jauh-jauh deh, biasanya di kampung-kampung, setiap RT, mengadakan gotong royong, membersihkan selokan, menyapu jalanan dll. Bahkan setiap kampung sudah punya agenda rutin, seperti jumsih (jumat bersih), kamsih (kamis bersih), sabsih (sabtu bersih) dan seterusnya. Apakah termasuk budaya?
Kata “gotong royong” itu sendiri berasal dari bahasa Jawa, gotong yang berarti mengangkat, dan royong yang berarti bersama-sama. Keempat, sistem peralatan hidup dan teknologi dan mata pencaharian hidup. Contohnya sigaret, tahu kalian sigaret? Saya baca novel berjudul belenggu karya Armijn Pane, menemukan kata “sigaret”. Sigaret itu kata lain dari rokok, yaitu gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas untuk dihisap. Apakah sigaret itu termasuk budaya? Dari produksinya, kan, itu melibatkan peralatan hidup manusia. Terus, rokok dijual ke pedagang, seperti halnya agen, warung, itu, kan menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian hidup.
Kelima, sistem religi, contohnya tawakal, manusia kepada Tuhannya, apakah itu termasuk budaya? Berdoa itu termasuk budaya. Keenam, terakhir, kesenian. Termasuk seni rupa, seni musik, seni tari. Tahu hadroh? Kan, ada tuh di kampung kalau acara tasyakuran, maulidan, baca rawi, shalawatan, kan, pakai alat musik, namanya hadroh. Itu termasuk budaya juga. Hadroh asal katanya dari hadhoro – yudhiru – hadhron – hadhrotan yang berarti kehadiran.
Itu baru bahas dengan kajian antropologi sastra, sebenarnya masih banyak lagi. Karya sastra seperti novel, cerpen, apa lagi? Itu bisa di kaji dalam sebuah penelitian, ada yang namanya sosiologi sastra, psikologi sastra, pokoknya banyak dah, apalagi kajian linguistik nya, ah banyak banget. Jadi novel itu bisa dikaji.
Jadi, jangan menilai bahwa orang yang membaca novel gak ada manfaatnya. Bahkan karya sastra itu menjadi cerminan untuk masyarakat, makanya isi di dalam novel itu ada tata krama, religi, adat istiadat, kepercayaan, dan masih banyak lagi. Apalagi ada konflik batin dalam karya sastra itu sendiri.
Setidaknya, baca novel itu ada pelajaran, hikmah yang bisa kita ambil.
Muhammad Rizki
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia
Universitas Pamulang